Jumat, 29 Maret 2013

Tolong Hargai Perjuangan Temanku


Entah ini disebut apa aku tidak tau, tapi ketika aku harus mendengar cerita dari temanku itu dan mengunjungi salah satu situs sosial bernama Facebook.
Aku menemukan sebuah gambar sama seperti yang diceritakan teman perempuanku, aku hanya memastikan apakah itu benar ada ataukah temanku bergurau, ketika sudah ku pastikan semua itu ternyata benar wanita  itu menguploadnya dan mengunggahnya ke salah satu akun pribadinya.

Aku memperhatikan bentuk dari gambar itu, hampir di bilang tak percaya namun ini nyata.
Dibilang kaget sudah pasti, di bilang kecewa, sedih tentu sudah tak teragukan lagi.
Foto itu semakin jelas ku pandangi bentuk gambarnya, aku menyakinkan diriku agar ini tak nyata.
Mengapa perempuan itu tega sekali kepada teman priaku?
Temanku adalah orang yang baik, ya meskipun dia rada cuek akan segala sesuatu yang dia anggap tak penting. Aku saja pernah hampir jatuh hati padanya, namun aku sadar aku tak bisa mendapatkan karena sebuah perbedaan.

Aku pikir sosok teman priaku tak menyukai siapapun di sekolah, namun nyatanya aku salah.
Aku terkejut mendengar bahwa ia pernah menyatakan perasaannya kepadamu, berjuang dengan keras untuk membelikanmu sebuah kenangan itu. Tapi sayang, kamu memmbuat hatinya terluka.
Kamu lukai temanku dengan sikapmu, menulis bahwa hadiah itu bukan dari dirinya melainkan dari orang yang kamu sayangi saat ini dihatimu dan bukan temanku.
Temanku berhati lugu, bahkan saat dia harus melihat semua itu, begitu tabah hatinya sehingga harus melihat perlakuanmu terhadapnya.
Kepolosannya seakan membuatmu gampang untuk menyakitinya, kebaikannya hanya kamu anggap sebagai seseorang yang tak berharga jika kamu tak memerlukannya.
Saat mendengar cerita itu, aku hanya menyakinkan matanya. Yap ternyata memang semua ini bukan sebuah rekayasa atau tulisan belaka.
Temanku tulus mencintaimu hai seorang wanita yang sudah menyakitinya, pernakah kamu sadar perlakuanmu kepadanya sesudah hari itu? Bisakah kamu mengembalikan senyuman yang pernah dia berikan kepadaku dengan lesung pipi yang dalam dan tatapan mata yang tajam.

Aku bertanya kepadamu, sesungguhnya apakah temanku bersalah?
Apakah temanku bersalah jika harus mencintamu?  Ia hanya memberikan sesuatu yang dia anggap sebagai pernyataan cintanya kepadamu, mencintaimu dengan hatinya, mencoba berjuang mendapatkan cintamu.
Mengapa kamu tega? Hai gadis yang telah melukai temanku.
Jika kamu tak mencintainya, lalu mengapa kamu berikan dia sebuah harapan untuk temanku.
 Kamu perempuan pintar, berperingkat dikelas namun sayang kamu memiliki kebodohan tersendiri dalam hal percintaan dan menghargai seseorang atas perjuangannya.
Kamu tak pernah menghargai perjuangan temanku untuk mendapatkanmu, kamu sia-siakan temanku, membuatnya jatuh terpuruk akan segala kesesalan selama 1 tahun , dan kamu dengan mudahnya mengubah seluruh hidupnya lalu menjadikan temanku sebagai manusia yang selama ini aku tak pernah kenal sifatnya.
Perubahan sikap dan sifat temanku aku rasakan sekarang, meski aku bukan orang yang ia cintai, namun aku simpatik terhadapnya.
               
Memang wajahnya tak sesuai kriteria yang selama ini kau inginkan, tapi setidaknya ia punya sesuatu yang tidak dipunyai seluruh kriteriamu yaitu sebuah ketulusan.
Jika memang kamu mencari sebuah kesempurnaan dalam diri seseorang, maka kamu tak akan mendapatkannya.
Kalau bisa di bilang kamu tak cantik, hanya otakmu lah yang cantik dalam pelajaran.
Tapi aku bukan menghinamu atapun bilang bahwa kamu adalah wanita bodoh, yang dengan tega menolak cinta temanku.
Kamu gadis yang pintar, tapi bisakah kepintaranmu digunakan dalam sebuah percintaan?
Jika kamu bisa melihat seseorang yang tulus di hadapanmu, ia menghiburmu dan mengusap air matamu saat kamu ditolak oleh orang yang kamu cintai, dia juga memberikan perhatian dan ketulusan buatmu, bahkan rela menjadi orang yang bodoh sekalipun demi dirimu, namun bisakah kamu membuka matamu lebar-lebar, membuang jauh-jauh kacamata yang hanya akan memperburuk pengliatanmu terhadapnya,  maka kamu akan mengakui ia suatu saat nanti.

Memang semua ini adalah hakmu, cinta tak bisa dipaksakan. Aku bisa terima itu, tapi tidak untuk temanku.Saat ini ia terluka,  atas goresan yang telah kamu buat di hatinya.
Jika di dunia ini ada obat untuk mengobati luka batin aku pasti akan mencarinya dan memberikannya kepada temanku.
Namun, apakah kamu mampu mengobatinya? Aku tak tau...
Ketika semua orang tersenyum mendapatkan cinta mereka, dan hanya temanku lah yang menangis.
Temanku seorang pria, namun ia hebat. Ia rela mengeluarkan air matanya demi dirimu yang begitu berarti di hatinya.
Hai wanita, coba kamu mencari seluruh dunia, apakah ada yang mau menangis untu dirimu?
Saat dirimu menangis dalam sadisnya cinta dia datang bagai pahlawan tak diundang untuk menghiburmu, menghapus air matamu, membuat lelucon lucu bahkan bisa di bilang garing hanya untuk membuatmu tertawa.
Apakah kamu bisa membalas apa yang dia berikan untukmu saat sesudah kamu melukainya?
Kamu menodongkan pisau ke pria itu, membuatnya menjauh dan memaksanya agar hanya menjadi temank curhatmu setiap kamu butuhkan dia.

Kalau disebut curang dan egois itu tentu benar. Kamu mendapatkan semua itu dari diri temanku tapi kamu tak bisa memberikan sesuatu yang dia harapkan selama ini untukmu.
Harapan dia hanya satu tidak bermacam-macam yaitu sebuah cinta tulus yang kamu berikan untuknya.
Begitu beratkah dirimu sehingga menolak dan menyuruhnya melupakan cintanya untukmu?
Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena orang yang dicintai temanku bukan aku melainkan kamu.

Aku hanya mohon jaga hatinya, jangan lukai perasaannya.
Jika memang kamu tak menyukainya, jangan berikan sebuah harapan dan pengharapan bahwa kamu akan mencintainya juga.
Biarkan dia pergi, namun saat ia sudah pergi dari dirimu, aku mohon agar kamu tak menarik hatinya dan menjebaknya seperti dulu kamu mempermainkan hatinya, layaknya tikus yang sudah diberikan umpan.
Biarkan hatinya bebas, maka tidak akan ada lagi orang yang menggangumu dan membisikan kata cinta yang tulus untukmu.


Dari temanmu yang mencintaimu dengan segenap hatinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar