Entah ini disebut apa aku tidak tau, tapi ketika aku harus
mendengar cerita dari temanku itu dan mengunjungi salah satu situs sosial
bernama Facebook.
Aku menemukan sebuah gambar sama seperti yang diceritakan
teman perempuanku, aku hanya memastikan apakah itu benar ada ataukah temanku
bergurau, ketika sudah ku pastikan semua itu ternyata benar wanita itu menguploadnya dan mengunggahnya ke salah
satu akun pribadinya.
Aku memperhatikan bentuk dari gambar itu, hampir di bilang
tak percaya namun ini nyata.
Dibilang kaget sudah pasti, di bilang kecewa, sedih tentu
sudah tak teragukan lagi.
Foto itu semakin jelas ku pandangi bentuk gambarnya, aku
menyakinkan diriku agar ini tak nyata.
Mengapa perempuan itu tega sekali kepada teman priaku?
Temanku adalah orang yang baik, ya meskipun dia rada cuek
akan segala sesuatu yang dia anggap tak penting. Aku saja pernah hampir jatuh
hati padanya, namun aku sadar aku tak bisa mendapatkan karena sebuah perbedaan.
Aku pikir sosok teman priaku tak menyukai siapapun di
sekolah, namun nyatanya aku salah.
Aku terkejut mendengar bahwa ia pernah menyatakan
perasaannya kepadamu, berjuang dengan keras untuk membelikanmu sebuah kenangan
itu. Tapi sayang, kamu memmbuat hatinya terluka.
Kamu lukai temanku dengan sikapmu, menulis bahwa hadiah itu
bukan dari dirinya melainkan dari orang yang kamu sayangi saat ini dihatimu dan
bukan temanku.
Temanku berhati lugu, bahkan saat dia harus melihat semua
itu, begitu tabah hatinya sehingga harus melihat perlakuanmu terhadapnya.
Kepolosannya seakan membuatmu gampang untuk menyakitinya,
kebaikannya hanya kamu anggap sebagai seseorang yang tak berharga jika kamu tak
memerlukannya.
Saat mendengar cerita itu, aku hanya menyakinkan matanya.
Yap ternyata memang semua ini bukan sebuah rekayasa atau tulisan belaka.
Temanku tulus mencintaimu hai seorang wanita yang sudah
menyakitinya, pernakah kamu sadar perlakuanmu kepadanya sesudah hari itu?
Bisakah kamu mengembalikan senyuman yang pernah dia berikan kepadaku dengan
lesung pipi yang dalam dan tatapan mata yang tajam.
Aku bertanya kepadamu, sesungguhnya apakah temanku bersalah?
Apakah temanku bersalah jika harus mencintamu? Ia hanya memberikan sesuatu yang dia anggap
sebagai pernyataan cintanya kepadamu, mencintaimu dengan hatinya, mencoba
berjuang mendapatkan cintamu.
Mengapa kamu tega? Hai gadis yang telah melukai temanku.
Jika kamu tak mencintainya, lalu mengapa kamu berikan dia
sebuah harapan untuk temanku.
Kamu tak pernah menghargai perjuangan temanku untuk
mendapatkanmu, kamu sia-siakan temanku, membuatnya jatuh terpuruk akan segala
kesesalan selama 1 tahun , dan kamu dengan mudahnya mengubah seluruh hidupnya
lalu menjadikan temanku sebagai manusia yang selama ini aku tak pernah kenal
sifatnya.
Perubahan sikap dan sifat temanku aku rasakan sekarang,
meski aku bukan orang yang ia cintai, namun aku simpatik terhadapnya.
Memang wajahnya tak sesuai kriteria yang selama ini kau inginkan, tapi setidaknya ia punya
sesuatu yang tidak dipunyai seluruh kriteriamu yaitu sebuah ketulusan.
Jika memang kamu mencari sebuah kesempurnaan dalam diri
seseorang, maka kamu tak akan mendapatkannya.
Kalau bisa di bilang kamu tak cantik, hanya otakmu lah yang
cantik dalam pelajaran.
Tapi aku bukan menghinamu atapun bilang bahwa kamu adalah
wanita bodoh, yang dengan tega menolak cinta temanku.
Kamu gadis yang pintar, tapi bisakah kepintaranmu digunakan
dalam sebuah percintaan?
Jika kamu bisa melihat seseorang yang tulus di hadapanmu, ia
menghiburmu dan mengusap air matamu saat kamu ditolak oleh orang yang kamu
cintai, dia juga memberikan perhatian dan ketulusan buatmu, bahkan rela menjadi
orang yang bodoh sekalipun demi dirimu, namun bisakah kamu membuka matamu
lebar-lebar, membuang jauh-jauh kacamata yang hanya akan memperburuk
pengliatanmu terhadapnya, maka kamu akan
mengakui ia suatu saat nanti.
Memang semua ini adalah hakmu, cinta tak bisa dipaksakan. Aku
bisa terima itu, tapi tidak untuk temanku.Saat ini ia terluka, atas goresan yang telah kamu buat di hatinya.
Jika di dunia ini ada obat untuk mengobati luka batin aku
pasti akan mencarinya dan memberikannya kepada temanku.
Namun, apakah kamu mampu mengobatinya? Aku tak tau...
Ketika semua orang tersenyum mendapatkan cinta mereka, dan
hanya temanku lah yang menangis.
Temanku seorang pria, namun ia hebat. Ia rela mengeluarkan
air matanya demi dirimu yang begitu berarti di hatinya.
Hai wanita, coba kamu mencari seluruh dunia, apakah ada yang
mau menangis untu dirimu?
Saat dirimu menangis dalam sadisnya cinta dia datang bagai
pahlawan tak diundang untuk menghiburmu, menghapus air matamu, membuat lelucon lucu
bahkan bisa di bilang garing hanya untuk membuatmu tertawa.
Apakah kamu bisa membalas apa yang dia berikan untukmu saat
sesudah kamu melukainya?
Kamu menodongkan pisau ke pria itu, membuatnya menjauh dan
memaksanya agar hanya menjadi temank curhatmu setiap kamu butuhkan dia.
Kalau disebut curang dan egois itu tentu benar. Kamu mendapatkan
semua itu dari diri temanku tapi kamu tak bisa memberikan sesuatu yang dia
harapkan selama ini untukmu.
Harapan dia hanya satu tidak bermacam-macam yaitu sebuah
cinta tulus yang kamu berikan untuknya.
Begitu beratkah dirimu sehingga menolak dan menyuruhnya
melupakan cintanya untukmu?
Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena orang yang dicintai
temanku bukan aku melainkan kamu.
Aku hanya mohon jaga hatinya, jangan lukai perasaannya.
Jika memang kamu tak menyukainya, jangan berikan sebuah
harapan dan pengharapan bahwa kamu akan mencintainya juga.
Biarkan dia pergi, namun saat ia sudah pergi dari dirimu,
aku mohon agar kamu tak menarik hatinya dan menjebaknya seperti dulu kamu
mempermainkan hatinya, layaknya tikus yang sudah diberikan umpan.
Biarkan hatinya bebas, maka tidak akan ada lagi orang yang
menggangumu dan membisikan kata cinta yang tulus untukmu.
Dari temanmu yang mencintaimu dengan segenap
hatinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar