Kamis, 01 November 2012

Diarry 1 Tahun lalu


Dear Diarry....
Kamu tau diarry, hari ini rasanya indah dan adem banget. Anginnya sepai-sepoi
Jadi inget dulu saat dimana pelajaran olahraga, dulu itu.......
Waktu Ku selalu melihatnya secara full, karena 1 tahun full Aku sekelas dengannya.
Aku senang bisa memandangnya...
Bisa melihatnya tertawa..
Melihatnya merenung..
 Melihatnya tersenyum..
Melihatnya memperhatikan pelajaran..
Melihatnya serius berhitung sesuatu..
Melihatnya bermain dengan teman sebangkunya..
Ada banyak hal yang aku lihat saat 1 tahun lalu. Sekarang, semua kenangannya tidak akan
Aku lupakan begitu saja.
Aku ingat saat dia bermain sepak bola atau biasa di bilang futsal sewaktu olahraga,
Dia sangat tampan..
Wajahnya yang tak mungkin aku lupakan.
 Dulu itu, Dia selalu jadi Kiper saat bermain futsal.
Cara Dia bermain dan menangkap bola, membuat hatiku bergetar lebih cepat.
JantungKu berdegub kencang..
Dug dug dug itu lah bunyinya..
Saat Ku rasakan getaran cinta yang Kurasakan waktu itu L
Sekarang semua telah tiada, Aku sudah tak dapat melihat semuanya itu.
Kelas kami berbeda saat Dia memilih untuk mengambil jurusan yang lebih serius yaitu IPA.
Mungkin bagiku kata IPA itu hebat, karena semua orang yang masuk kelas itu akan menjadi orang sukses.
Hmm...
Tidak juga sepertinya..
Awalnya Aku senang saat dia memilih jurusan itu, Aku berfikir waktu kami sekelas dulu
Dia pernah berkata “ Aku ingin jurusan IPS ” karena Dia sangat pintar pkn.
Tapi apadaya, mungkin dorongan dan semangat orang tua membuatnya berubah pikiran..
 Seiring berjalannya waktu..
Aku jadi sedih sendiri, entah kenapa Aku merasa bahwa sejak Dia berbeda kelas denganku.
Tak ada lagi Mentari Pagi yang menyinari wajahku dan hatiku..
Yang menyapaku dengan hangat yakni senyuman indahnya saat itu..
 Senyumannya dikelas tak dapat ku lihat lagi, Kelas kami berbeda...
Pelajaran kami pun berbeda..
Aku menggunakan otakku untuk menghafal ...
Sedangkan Dia memakai otaknya untuk menghitung dan berhitung..
Itulah keseharian Kami.
 Aku rindu Dia Tuhan. Seandainya saja Dia memilih jurusan yang sama sepertiku.
Mungkin Aku masih bisa bertemu dan melihatnya seperti dulu, tapi semua itu tak ada gunanya.
Buat apa Aku mengeluh, semua telah terjadi. Takdir sudah menentukan.
Jika Aku mengeluh pun tak ada gunanya, toh..
Pada akhirnya Takdir tak akan mendengar apa yang aku inginkan, semua telah terjadi.
Mungkin Yang Maha Kuasa menginginkan Aku memendam perasaan kecewa ini dalam-dalam dan menaruhnya di lubuk hatiku lalu menguburnya..
Aku berharap Dia tak akan berubah...
Jikalau Dia tau perasaanku..

By: Maria Larastinada Mp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar