Dear Diarry....
Kamu tau diarry, hari ini rasanya indah dan adem banget.
Anginnya sepai-sepoi
Jadi inget dulu saat dimana pelajaran olahraga, dulu
itu.......
Waktu Ku selalu melihatnya secara full, karena 1 tahun full Aku
sekelas dengannya.
Aku senang bisa memandangnya...
Bisa melihatnya tertawa..
Melihatnya merenung..
Melihatnya tersenyum..
Melihatnya memperhatikan pelajaran..
Melihatnya serius berhitung sesuatu..
Melihatnya bermain dengan teman sebangkunya..
Ada banyak hal yang aku lihat saat 1 tahun lalu. Sekarang,
semua kenangannya tidak akan
Aku lupakan begitu saja.
Aku ingat saat dia bermain sepak bola atau biasa di bilang
futsal sewaktu olahraga,
Dia sangat tampan..
Wajahnya yang tak mungkin aku lupakan.
Dulu
itu, Dia selalu jadi Kiper saat bermain futsal.
Cara Dia bermain dan menangkap bola, membuat hatiku bergetar
lebih cepat.
JantungKu berdegub kencang..
Dug dug dug itu lah bunyinya..
Saat Ku rasakan getaran cinta yang Kurasakan waktu itu L
Sekarang semua telah tiada, Aku sudah tak dapat melihat
semuanya itu.
Kelas
kami berbeda saat Dia memilih untuk mengambil jurusan yang lebih serius yaitu
IPA.
Mungkin bagiku kata IPA itu hebat, karena semua orang yang
masuk kelas itu akan menjadi orang sukses.
Hmm...
Tidak juga sepertinya..
Awalnya Aku senang saat dia memilih jurusan itu, Aku berfikir
waktu kami sekelas dulu
Dia pernah berkata “ Aku ingin jurusan IPS ” karena Dia
sangat pintar pkn.
Tapi apadaya, mungkin dorongan dan semangat orang tua
membuatnya berubah pikiran..
Seiring
berjalannya waktu..
Aku jadi sedih sendiri, entah kenapa Aku merasa bahwa sejak
Dia berbeda kelas denganku.
Tak ada lagi Mentari Pagi yang menyinari wajahku dan hatiku..
Yang menyapaku dengan hangat yakni senyuman indahnya saat
itu..
Senyumannya dikelas
tak dapat ku lihat lagi, Kelas kami berbeda...
Pelajaran kami pun berbeda..
Aku menggunakan otakku untuk menghafal ...
Sedangkan Dia memakai otaknya untuk menghitung dan
berhitung..
Itulah keseharian Kami.
Aku rindu
Dia Tuhan. Seandainya saja Dia memilih jurusan yang sama sepertiku.
Mungkin Aku masih bisa bertemu dan melihatnya seperti dulu,
tapi semua itu tak ada gunanya.
Buat apa Aku mengeluh, semua telah terjadi. Takdir sudah
menentukan.
Jika Aku mengeluh pun tak ada gunanya, toh..
Pada akhirnya Takdir tak akan mendengar apa yang aku
inginkan, semua telah terjadi.
Mungkin Yang Maha Kuasa menginginkan Aku memendam perasaan
kecewa ini dalam-dalam dan menaruhnya di lubuk hatiku lalu menguburnya..
Aku berharap Dia tak akan berubah...
Jikalau Dia tau perasaanku..
By: Maria Larastinada Mp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar